Rabu, 24 April 2013

Teks sholawat Badar

صَـلا َةُ اللهِ  سَـلا َمُ اللهِ                عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
صَـلا َةُ اللهِ  سَـلا َمُ اللهِ                عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللّهِ                وَبِالْـهَادِى  رَسُـوْلِ اللهِ
وَ كُــلِّ  مُجَـا هِـدِ لِلّهِ              بِاَهْـلِ  الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى سَـلِّـمِ اْلا  ُمـَّة              مِـنَ اْلافـَاتِ وَالنِّـقْـمَةَ
وَمِنْ هَـمٍ  وَمِنْ غُـمَّـةٍ            بِاَ هْـلِ  الْبَـدْ   رِ يـَا  اَللهُ 
اِلهِى  نَجِّـنَا  وَاكْـشِـفْ              جَـمِيْعَ اَذِ يـَّةٍ وَا صْرِفْ 
مَـكَائـدَ الْعِـدَا وَالْطُـفْ              بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى نَـفِّـسِ الْـكُـرَبَا             مِنَ الْعَـاصِيْـنَ وَالْعَطْـبَا
وَ كُـلِّ بـَلِـيَّـةٍ وَوَبـَا               بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَكَــمْ  مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ           وَكَــمْ  مِنْ ذِلَّـةٍ فَصَلَتْ
وَكَـمْ مِنْ نِعْمـَةٍ وَصَلَـتْ              بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ كَـمْ اَغْـنَيْتَ  ذَالْعُـمْرِ           وَكَـمْ اَوْلَيْـتَ ذَاالْفَـقْـرِ
وَكَـمْ عَافَـيـْتَ ذِاالْـوِذْرِ             بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَـلْـبِ           جَمِـيْعُ اْلاَرْضِ مَعْ رَحْبِ
فَانْـجِ  مِنَ الْبَلاَ الصَّعْـبِ             بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
ا َتَيـْنَا طَـالِـبِى الرِّفْـقِ             وَجُـلِّ الْخَـيْرِ وَالسَّـعْدِ
فَوَ سِّـعْ مِنْحَـةَ اْلاَيـْدِىْ             بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَـلاَ تَرْدُدْ مَـعَ الْخَـيـْبَةْ            بَلِ اجْعَلْـنَاعَلَى الطَّيْبـَةْ
اَيـَا ذَاالْعِـزِّ  وَالْهَـيـْبَةْ             بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ اِنْ  تَرْدُدْ  فَـمَنْ نَأْتـِىْ             بِـنَيـْلِ جَمِيـْعِ حَاجَا تِى
اَيـَا جَـالِى الْمُـلِـمـَّاتِ            بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى اغْفِـرِ وَاَ كْرِ مْنَـا             بِـنَيـْلِ  مـَطَا لِبٍ مِنَّا
وَ دَفْـعِ  مَسَـاءَةٍ  عَـنَّا             بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى  اَنـْتَ ذُوْ لُطْـفٍ             وَذُوْ فَـضْلٍ وَذُوْ عَطْـفٍ
وَكَـمْ مِنْ كُـرْبـَةٍ تَنـْفِىْ            بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَصَلِّ عَـلَى النـَّبِىِّ الْبَـرِّ            بـِلاَ عَـدٍّ وَلاَ حَـصْـرِ
وَالِ  سَـادَةٍ  غُــــرِّ             بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ

Rumus hadroh dasar



(Pukulan Tanya)
Reff.  D.TT.DD.D.TT.T.D….(ulang2 TT.DD.D.TT.T.D....
Koor.  TTTT TTTD DDDD DDDD
 TTT.DTTTD
 TTT.DTTTD
 T.T.T. TTTT. TTT.DTTTD
                     TTT.DTTTD
                     TTT.DTTTDD
                     TTT.DTTT.D (kembali ke awal pukulan reff)

alqsyibaweh@gmail.com

­­­­­­­


(pukulan jawab)
Reff.      DTT.DDDT.TD.TT…….(ulang2 DDDDT.TD.TT)
Koor.     TTTT. TDDD. DDDD. DDTT
TTDT. TDTT. TTDT. TD
T.TTTT.TTTT.TTDT.
                       TDTT.TTDT.
                       TDTT.TTDT.
  TDDT.TTDT.TDTT. (kembali ke awal pukulan reff)


alqsyibaweh@gmail.com


* untuk tahap awal gunakan sholawat badar.......

­­­­­­­


Rabu, 17 April 2013

KH Drs HM Sobron Zayyan MA: Ponpes Al Qur-aniyah Layaknya Ponpes Modern

Dalam waktu dekat, insya Allah Pondok Pesantren Al Qur-aniyah Ceger Pd Aren Tangerang akan mendirikan SMU. Karena 1-2 tahun dari sekarang, SMP Islam Terpadu Ponpes Al Qur-aniyah ini akan meluluskan siswa-siswinya generasi pertama. Tidak hanya itu, nampaknya obsesi KH Drs HM Sobron Zayyan MA (35) yang asli Ceger Pd Aren memang masih jauh. Misalnya dia ingin mempunyai Perguruan Tinggi Al Qur-aniyah. Di sini mahasiswanya mempelajari selain ilmu-ilmu al Qur-an, keIslaman dan ilmu-ilmu agama, juga dibahas teori dan praktik ilmu yang bermanfaat bagi masa depan para peserta anak didik.
Misalnya, HM Sobron menghendaki Ponpes Al Qur-aniyah nantinya punya nama besar, berkwalitas tinggi serta berkafasitas layaknya Pondok Pesantren Modern Darus Salam Gontor Ponorogo Madiun Jatim yang kesohor sejak lama itu. “Teman-teman dan saya di Yayasan Pendidikan Islam al Qur-aniyah ingin gema dan pengaruh Yayasan Pendidikan Islam Ponpes Al Qur-aniyah mampu membahana ke seantero wilayah NKRI (tingkat nasional)k,” urai HM Sobron kepada wartawan di kediamanya Senin pekan lalu.
“Dan, cita-cita ini jangan dibilang harapan yang terlalu melambung tinggi, suatu kesombongan atau  ketakaburan, tidak. Akan tetapi anggaplah ini sebagai letupan cita-cita seorang pengurus yayasan pendidikan Islam yang kepingin pesantrenya maju semaju-majunya. Seseorang itu boleh dong mempunyai cita-cita mulia. Karena bercita-cita yang bagus-bagus itu baik. Bukankah menyita-nyitakam memiliki pondok pesantren yang sangat maju itu baik?
“Kami juga ingin Ponpes ini mempunyai cabang di mana-mana. Dan semua cabangnya dipimpin para alumni jebolan Ponpes dan Komplek-Kampus Al Quraniyah Pusat. Kemudian ada pertanyaan, apakah semua cita-cita dan rencana ini bisa terealisasi atau tidak? Kita jawab, itu semua tergantung kesungguhan kita mengelolanya sejak sekarang. Bahwa ponpes Al Quraniyah ini seyogyanya makin bertambah eksis. Kehadiranya di tengah-tengah masyarakat sangat diterima. Itu karena ponpes amat kental berkaitan dengan dakwah Islam dan al Quran itu sendiri,” tambah HM Sobron Z MA yang telah pergi haji tahun 1991 silam.
“Kita juga mengetahui, al Quran pedoman kehidupan kita. Ponpes berupaya meramu inti ajaran Quran ke dalam masyarakat. Sehingga mereka tertarik memelajarinya. Bisa menggali sifat-sifat Allah Swt dari dalamnya. Saya berdoa, berusaha keras menyiptakan Ponpes Al Quraniyah memiliki TKI/TPA, MI/SDI, SMPIT dan SMU. Bahkan ke depan bila perlu kami bisa mendirikan PT (Perguruan Tinggi) Islam sekaliber PTIQ, IIQ Ciputat Jaksel. Tentu saja kalau Allah Swt meridhoi, merestui dan mengizinkan serta menghendaki semuanya itu berdiri. Kendati perguruan tinggi itu masih menginduk ke PTIQ atau IIQ,” tutur KH Drs HM Sobron Z MA yang berkeinginan membebaskan tanah ribuan M2 lagi di sekitar lokasi Ponpes Al Quraniyah.
Harini Ponpes Al Quraniyah memiliki 250 santriwan/wati mukimin dan mukimat serta PP (tidak mukim). Para santri berasal dari Lamongan, Tegal Jateng. Mereka datang juga dari Bekasi, Karawang, Depok, Cirebon, Bogor Jabar. Dan banyak pula dari Jakarta, Pandeglang, Rangkas Betung dan daerah lainya. “Kita mendisiplinkan para santri menguasai kaifiyat (cara-cara) membaca al Quran dengan baik. Harapan kami adalah para santri lebih pandai dan maju lagi dari yang lalu. Apalagi Ust Sobrok banyak bantuan para guru qiroat kelas juara nasional dan internasional (Muammar ZA, H Husein Husin Al Quraniyah Jl H Ridi Rw 03 Ulujami Jaksel, Drs HM Ali Pondok Alquran Alkawtsar Ulujami dan lain-lain),” urai Ust HM Sobron yang ahli qori. Sejak usia 11 tahun, Drs HM Sobron mengaji Quran, belajar qiroat dengan KH Muhasyar Barran Al Ikhwaniyah Ceger, Ust Muhajir, Ust Syarifuddin Muhammad, Ust Adli Nasution (qori nasional). HM Sobron kini lebih banyak melayani ceramah ketimbang sebagai qori (pembaca Quran). Ia mencapai S1 di PTIQ Ciputat
Jaksel tahun 1996. Dan meraih gelar S2 dari IIQ.
Membaca Quran berbeda dengan membaca selainya seperti tafsir, buku, majalah atau koran. Membaca buku-buku itu hanya menambah wawasan. Akan tetapi menelaah Quran, membacanya mengerti atau tidak, tetap bernilai ibadah kepada Allah Swt. Kata istilah al muta’abbadu bitilaawatihi, membacanya ibadah,” tuntasnya. Ponpes Al Quraniyah menerima santriwan-wati, siswa-siswi sejak harlah ke-14 tanggal 27 Mei 2007 lalu. Para santri bisa mukim di sini. Santri yatim dan dhuafa gratis. Para pelajar bisa mengikuti jenjang pendidikan SD-SMU bahkan perguruan tinggi. (rah)

http://madina.co.id/kesejahteraan-rakyat/475-kh-drs-hm-sobron-zayyan-ma-ponpes-al-qur-aniyah-layaknya-ponpes-modern.html

Minggu, 07 April 2013

Sejarah Islam



Kisah Ashabul Kahfi

Kisah ini begitu kesohor. Dengan kekuasaan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menidurkan sekelompok pemuda yang berlindung di sebuah gua selama 309 tahun. Apa hikmah di balik ini semua?

Ashhabul Kahfi adalah para pemuda yang diberi taufik dan ilham oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka mengingkari keyakinan yang dianut oleh masyarakat mereka yang menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsanya sembari tetap menampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka, sekaligus karena khawatir akan gangguan masyarakatnya. Mereka mengatakan:

رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُوْنِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا

“Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak akan menyeru Rabb selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang jauh.” (Al-Kahfi: 14)
Yakni, apabila kami berdoa kepada selain Dia, berarti kami telah mengucapkan suatu شَطَطًا (perkataan yang jauh), yaitu perkataan palsu, dusta, dan dzalim.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan perkataan mereka selanjutnya:

هَؤُلاَءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُوْنِهِ آلِهَةً لَوْلاَ يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا

“Kaum kami ini telah mengambil sesembahan-sesembahan selain Dia. Mereka tidak mengajukan alasan yang terang (tentang keyakinan mereka?) Siapakah yng lebih dzalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (Al-Kahfi: 15)
Ketika mereka sepakat terhadap persoalan ini, mereka sadar, tidak mungkin menampakkannya kepada kaumnya. Mereka berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memudahkan urusan mereka:

رَبَّنَاآتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

"Wahai Rabb kami, berilah kami rahmat dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami." (Al-Kahfi: 10)
Mereka pun menyelamatkan diri ke sebuah gua yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala mudahkan bagi mereka. Gua itu cukup luas dengan pintu menghadap ke utara sehingga sinar matahari tidak langsung masuk ke dalamnya. Kemudian mereka tertidur dengan perlindungan dan pegawasan dari Allah selama 309 tahun. Allah Subhanahu wa Ta’ala buatkan atas mereka pagar berupa rasa takut meskipun mereka sangat dekat dengan kota tempat mereka tinggal. Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang menjaga mereka selama di dalam gua. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ

“Dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri.” (Al-Kahfi: 18)
Demikianlah agar jasad mereka tidak dirusak oleh tanah. Setelah tertidur sekian ratus tahun lamanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala membangunkan mereka لِيَتَسَاءَلُوا (agar mereka saling bertanya), dan supaya mereka pada akhirnya mengetahui hakekat yang sebenarnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِْينَةِ

"Berkatalah salah seorang dari mereka: ‘Sudah berapa lama kalian menetap (di sini)?’ Mereka menjawab: ‘Kita tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Yang lain berkata pula: ‘Rabb kalian lebih mengetahui berapa lamanya kalian berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kalian pergi ke kota membawa uang perakmu ini’.” (Al-Kahfi: 19)
Di dalam kisah ini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah yang nyata. Di antaranya:
1. Walaupun menakjubkan, kisah para penghuni gua ini bukanlah ayat Allah yang paling ajaib. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai ayat-ayat yang menakjubkan yang di dalamnya terdapat pelajaran berharga bagi mereka yang mau memerhatikannya.
2. Sesungguhnya siapa saja yang berlindung kepada Allah, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala melindunginya dan lembut kepadanya, serta menjadikannya sebagai sebab orang-orang yang sesat mendapat hidayah (petunjuk). Di sini, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersikap lembut terhadap mereka dalam tidur yang panjang ini, untuk menyelamatkan iman dan tubuh mereka dari fitnah dan pembunuhan masyarakat mereka. Allah menjadikan tidur ini sebagai bagian dari ayat-ayat (tanda kekuasaan)-Nya yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah dan berlimpahnya kebaikan-Nya. Juga agar hamba-hamba-Nya mengetahui bahwa janji Allah itu adalah suatu kebenaran.
3. Anjuran untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat sekaligus mencarinya. Karena sesungguhnya Allah mengutus mereka adalah untuk hal itu. Dengan pembahasan yang mereka lakukan dan pengetahuan manusia tentang keadaan mereka, akan menghasilkan bukti dan ilmu atau keyakinan bahwa janji Allah adalah benar, dan bahwa hari kiamat yang pasti terjadi bukanlah suatu hal yang perlu disangsikan.
4. Adab kesopanan bagi mereka yang mengalami kesamaran atau ketidakjelasan akan suatu masalah ilmu adalah hendaklah mengembalikannya kepada yang mengetahuinya. Dan hendaknya dia berhenti dalam perkara yang dia ketahui.
5. Sahnya menunjuk wakil dalam jual beli, dan sah pula kerjasama dalam masalah ini. Karena adanya dalil dari ucapan mereka dalam ayat:

فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِيْنَة

“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota membawa uang perakmu ini.” (Al-Kahfi: 19)
6. Boleh memakan makanan yang baik dan memilih makanan yang disenangi atau sesuai selera, selama tidak berbuat israf (boros atau berlebihan) yang terlarang, berdasarkan dalil:

فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ

"Hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu." (Al-Kahfi: 19)
7. Melalui kisah ini kita dianjurkan untuk berhati-hati dan mengasingkan diri atau menjauhi tempat-tempat yang dapat menimbulkan fitnah dalam agama. Dan hendaknya seseorang menyimpan rahasia sehingga dapat menjauhkannya dari suatu kejahatan.
8. Diterangkan dalam kisah ini betapa besar kecintaan para pemuda yang beriman itu terhadap ajaran agama mereka. Dan bagaimana mereka sampai melarikan diri, meninggalkan negeri mereka demi menyelamatkan diri dari segenap fitnah yang akan menimpa agama mereka, untuk kembali pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
9. Disebutkan dalam kisah ini betapa luasnya akibat buruk dari kemudaratan dan kerusakan yang menumbuhkan kebencian dan upaya meninggalkannya. Dan sesungguhnya jalan ini adalah jalan yang ditempuh kaum mukminin.
10. Bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا

“Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: ‘Sungguh kami tentu akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atas mereka’.” (Al-Kahfi: 21)
Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa masyarakat di mana mereka hidup (setelah bangun dari tidur panjang) adalah orang-orang yang mengerti agama. Hal ini diketahui karena mereka sangat menghormati para pemuda itu sehingga sangat berkeinginan membangun rumah ibadah di atas gua mereka. Dan walaupun ini dilarang –terutama dalam syariat agama kita– tetapi tujuan diceritakannya hal ini adalah sebagai keterangan bahwa rasa takut yang begitu besar yang dirasakan oleh para pemuda tersebut akan fitnah yang mengancam keimanannya, serta masuknya mereka ke dalam gua telah Allah Subhanahu wa Ta’ala gantikan sesudah itu dengan keamanan dan penghormatan yang luar biasa dari manusia. Dan ini adalah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang yang menempuh suatu kesulitan karena Allah, di mana Dia jadikan baginya akhir perjalanan yang sangat terpuji.
11. Pembahasan yang berbelit-belit dan tidak bermanfaat adalah suatu hal yang tidak pantas untuk ditekuni, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَلاَ تُمَارِ فِيْهِمْ إلاَّ مِرَاءً ظَاهِرًا

“Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang keadaan mereka, kecuali pertengkaran lahir saja.” (Al-Kahfi: 22)
12. Faedah lain dari kisah ini bahwasanya bertanya kepada yang tidak berilmu tentang suatu persoalan atau kepada orang yang tidak dapat dipercaya, adalah perbuatan yang dilarang. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan:

وَلاَ تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا

"Dan jangan pula bertanya mengenai mereka (para pemuda itu) kepada salah seorang di antara mereka itu." (Al-Kahfi: 22)
Wallahu a’lam.

(Diambil dari Taisirul Lathifil Mannan karya Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullahu)


Lagu Gambus



Masaraina

Saralil wahanna masaraina
Wagissu bahanna madhoroina
Saralil wahanna masaraina
Wagissu bahanna madhoroina

 Haba’ib watajma’nal mawaddah
‘Assallah lay hoyir ‘alaina
‘Assallah lay hoyir ‘alaina

Nisyunik ti’addzaakol aman
Wakilly minis waaghah yuan
Nisyunik ti’addzaakol aman
Wakilly minis waaghah yuan

 Ana mahma jadzabu na’thoni
Habibi min surughin nahamfina
Habibi min surughin nahamfina

Malakanil mutibah wil muhabbah
Waladani mukani wasthi gholbah
Malakanil mutibah wil muhabbah
Waladani mukani wasthi gholbah

Hazzin idza ma’ruf wadorrobah
Mahibbah walau yu’zal ‘alaina
Mahibbah walau yu’zal ‘alaina

Tim Hadroh Al-quraniyyah_Harlah al-q ke-xx