BAB I
PENDAHULUAN
Dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan
Penyayang tiada kata yang pantas kita ucapkan melainkan ungkapan Alhamdulillah
karena atas nikmat-nikmat-Nya lah kita dapat beraktifitas dengan tanpa
kekurangan sesuatu apapun.
Sholawat
serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Akhiruszaman yang telah
meng-anugerahkan beberapa hukum yang bisa diterima dan saling meringankan bagi
kaumnya.
“ Agama itu mudah. Siapa yang hendak
membuatnya sulit, niscaya akan dipersulit.” (HR. Bukhori)
“ mudahkanlah, jangan menyulitkan,
tebarkanlah percaya diri, jangan membuat orang menjadi pesimis.”(HR.
Bukhori)
Begitulah
yang dapat kita ketahui diantara hadist-hadist yang diriwayatkan dari Rosullah
Saw. Bahwa dari beberapa hadist ini menegaskan bahwa Rasullah menghendaki
ha-hal yang memudahkan untuk menegakkan syariat bagi para ummatnya. Dan hal
tersebut juga di tegaskan dalam Al-Qur’an .
“
sesungguhnya Allah takkan membebani
seorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya.” (QS. Al-Baqqrah 286) dan
juga , “ Allah menghendaki bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah 185) atau, …….dan dia tidak menjadikan kesulitan bagimu
dalam beragama.” (QS. Al-Hajj 78).
Begitulah
nuansa kemudahan dalam menjalankan ajaran agama yang bisa kita ambil, ketika
menyimak beberapa sumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist tersebut. Dalam pandangan mazhab sunni, banyak sekali
mazhab-mazhab yang bisa dianut dan dipelajari, tapi yang lebih terkenal dan
termashur adalah empat mazhab, dianataranya : Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan
Hambali. Disamping itu kami juga akan mencoba memasukan satu mujtahid lagi
yaitu Imam Ja’far.
Yang
harus kita ketahui adalah bahwa mazhab-mazhab kesemuanya itu kita boleh mengikutinya,
tidak tertentu pada satu mazhab saja. Kita boleh pindah mazhab asalkan secara
keseluruhan bukan hanya separo-separo saja. Semisal dalam bab wudhu jika kita
mengikuti Imam Maliki maka dari syarat,rukun, dan juga yang memabatalkan juga
ikut Imam Maliki. Tidak boleh syaratnya ikut Imam Syafi’i tapi yang membatalkan
ikut Imam Hanafi, atau sebaliknya. Jadi bisa serasi dalam mengikuti
pendapat-pendapat para Imam mazhab tersebut.
Dalam
persepsi terdahulu kita sama-sam menetahui bahwa pada permulaan islam tidak ada
mazhab-mazhab dan tidak ada sekte-sekte dalam islam, dan pada awal islam muncul
islam bersih dari pengaruh-pengaruh luar, dan kaum muslimin pada waktu itu
mencapai kejayaan. Dan diketahui pula bahwa adanya sekte-sekte dan mazhab juga
bisa memecah kaum muslim dalam beberpa golongan. Dan dari pemimpin islam
sendiri akhirnya membuka pintu ijtihat dengan maksud ingin menyatukan kembali
dan merangkul semua golongan islam yang telah terpecah. Dan juga memeberikan
ultimatum keras terhadap golongan yang berpedoman mengharamkan mazahab lain
selain mazhab yang dia anut dan juga membarantas penyelewengan-penyelewengan
terhadap agama.
Munculnya
mazhab adalah salah satu yang pempeloporinya adalah dari segi kehidupan yang
bebeda baik dari kebiasaan dalam kebudayaan atau dalam kehidupan keseharian.
BAB II
KENAPA HARUS BERMAZHAB
Dalam
beberapa kejadian mungkin hadis atau maqolah ulama’ yang menyebutkan bahwa “ ulama adalah pewaris para Nabi”. Disini
bisa kita ambil kesimpulan bahwa para ulama sebagai pewaris para nabi bukanlah
dari harta atau yang lain, tapi para ulama mewarisi ilmu. Dan itu sampai
sekarang baik dari cara sholat, hokum jual beli, mengurus jenazah, cara
toleransi kepada agama lain. Mungkin tidak secara gambling dijelaskan dalam
al-qur’an atau dalam hadist.
Oleh
sebab itu adanya penggalian hukum yang dilakukan oleh para shohabat, tabi’in,
tabi’in-tabi’in, dan sampai pada ulama’ mujtahid. Banyak ulama’ yang berijtihat
dan banyak pula hukum-hukum yang disampaiakan,
walau banyak macam variasi-variasi atau pilihan-pilihan hokum. Semisal antara
dari kota satu ke kota yang lain para ulama’ berseling pendapat atau berbeda
pendapat, tapi semuanya itu adalah rahmat bagi kita. Kita yang disuguhi
beberapa hukum tinggal memilih saja salah satu yang sesuai dengan keadaan kita
dan lingkungan kita.
Banyak
hal yang bisa kita lakukan, kita juga bisa berijtihat sendiri untuk menentukan
hukum pada masa sekarang ini, tapi permasalahanya adalah apakah kita mampu
menggali hukum-hukum yang hakikatnya telah banyak dicetuskan dalam kehidupan
kita,contoh saja pendapatnya Imam syafi’I yang banyak kelaku di Indonesia ini,
kita tanpa harus susah payah menentukan hukum, toh dalam kitab-kitab atau
pendapat-pendapatnya imam syafi’I sudah banyak diatur disitu.
BAB III
RIWAYAT BEBERAPA MAZHAB SUNNI
1.
IMAM
JA’FARI
Imam
Ja’far Ash-Shadiq adalah Ja’far bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin
Husain bin Ali bin Abi Thalib. Beliau dilahirkan pada tahun 80 hijriah (699 m).
ibunya bernama Ummu Farwah Binti Al-Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar As-Siddiq.
Beliau
berguru langsung dengan ayahnya Muhammad Al-Baqir disekolah ayahnya, yang
banyak melahirkan tokoh-tokoh ulama besar islam. Ja’far As-Shodiq adalah ulama’
besar dalam berbagai fans ilmu, seperti ilmu filsafat, tasawwuf, fiqih, kimia,
dan ilmu kedokteran. Walau dia adalah imam keenam dari dalam mazhab syi’ah
immamah. Tapi menurut golongan sunni dia adalah seorang mujtahid dalam ilmu
fiqih,dan juga dia dianggap sebagai ulama’ sufi, karena dalam dirinya terdapat
puncak pengetahuan. Dan dia juga salah satu ulama’ zuhud yang terkenal dan jauh
dari segala hawa nafsu.
Imam
Abu Hanifah berkata “ saya tidak dapati
orang yang lebih faqih dari Ja’far bin Muhammad”.
Diantara
murid-murinya adalah Abu Hanifah (wafat 150 H/767M), Malik Bin Anas (wafat 179
H/797 M) dan Wasil bin Ata’ (wafat 181H/797 M). dan masih banyak lagi
murid-murid beliau seperti muslim al-hallaj dan sekitar 900 syaikh yang belajar
pada beliau waktudi kuffah.
2.
IMAM
ABU HANIFAH
Imam
Abu Hanifah, pendiri mazhab Hanafi, adalah Abu Hanifah An-Nukman bin Stabit bin
Zufi At-Tamami. Beliau masih mempunyai pertalian hubungan dengan Imam Ali bin Abi
Thalib ra. Dilahirkan di kufah pada tahun 80 H/699 M, pada masa pemerintahan Al-Qolid
bin Abdul Malik, Abu Hanifah sejak kecil sudah belajar mengkaji dan menghapat Al-Qur’an.
Dalam hal mendalami Al-Qur’an beliau pernah belajar pada Imam Asin yang menjadi
ulama’ terkenal pada masa itu dan termasuk dalam Qiro’ah Sab’ah pada masa
sekarang.
Selain
mendalami Al-Qur’an beliau juga mendalami fiqih. Dalam hal ini beliau berguru
kepada kalangan sahabat Rosullah diantaranya Anas bin Malik, Abdullah bin Aufa,
dan Abu Tufail Amir, dan banyak lagi yang lain dari mereka beliau belajar juga
ilmu hadist.
Keluarga
beliau adalah dari kalangan pedagang, dan beliau juga pernah menimba ilmu fiqih
pada ulama yang tenama yaitu Humad bin Abu Sulaiman. Tidak kurang dari 18
tahun. Setelah gurunya wafat beliau mulai mengajar dibanyak majelis ilmu di Kuffah.
Semasa
hidupnya beliau terkenal dengan ulama’ yang zuhud dan sangat tawaddu’dan sangat
teguh memegang ajaran agama. Beliau tidak tertarik dalam jabatan-jabatan
kenegaraan, sehinga beliau pernah menolak sebagai hakim (qadhi) yang ditawarkan
oleh Al-Mansur. Konon karena penolakanya itu beliau dipenjarakan selama akhir
hayat hidup beliau.
Imam
Abu Hanifah wafat pada tahun 150 H/767 M, pada usia 70 tahun. Bilau dimakamkan
di pemakaman Khizra. Pada tahun 450 H/ 1066 M, didirikan sebuah sekolahan yang
diberinama Jami’ Abu Hanifah sebagai tanda untuk mengenang beliau.
Sepeninggal
beliau, ajaran dan ilmunya tetap tersebar melalui murid-murid beliau yang cukup
banyak. Diantara murid-muridnya adalah Abu Yusuf, Abdullah bin Mubarok, Waki’ bin
Jarah, sedang diantara kitab-koitab beliau adalah Al-Musuan ( kitab hadist,
dikumpulkan oleh muridnya), Al-Makharij ( buku ini dinisbatkan kepada Imam Abu
Hanifah, diriwayatkan oleh Abu Yusuf), dan Fiqih Akbar (kitab fiqih yang
lengkap).
3.
IMAM
MALIK BIN ANAS
Imam
Malik bin Anas, pendiri Mazhab Maliki, dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H.
beliau berasal dari Kabilah Yamaniyah. Sejak kecil beliau telah rajin
mendatangi majlis-majlis ilmu pengetahuan, sehingga sejak kecil itu pula beliau
telah hafal Al-Qur’an. Tak kurang dari itu ibundanya sendiri yang mendorong
imam malik untuk senantiasa giat menuntut ilmu.
Pada
mulanya beliau belajar dari Rabi’ah, seorang ulama yang sangat terkenal pada
waktu itu. Selain itu, beliau juga memperdalam hadits kepada Ibn Syihab,
disamping juga memelajari ilmu fiqih dari para sahabat.
Karena
ketekunan dan kecerdasannya, Imam Malik tumbuh sebagai ulama terkemuka, beliau
juga mengajarka ilmunya setelah merasa mampu untuk menularkan ilmunya. Beliau
juga termasuk ulama yang sangat berhati-hati dalam mengeluarkan fatwa-fatwa
apalagi meneliti tentang hadist-hadist Rasulallah, dan memusyawarahkan kepada
kurang lebih 70 ulama dalam mengeluarkan fatwa atau tentang kesahihan hadis
Nabi.
Disamping
itu, beliau juga memiliki daya ingat yang sangat kuat dan juga terkenal dengan
keihlasanya dalam melakukan sesuatu. Belaiu juga perbah berkata “ilmu adalah cahaya, ia akan mudah dicapai
dengan hati yang khusu’ dan taqwa. Salah satu karangan beliau tentang
hadist dan fiqih adalah kitab Al-Mutawatha’.
Imam
malik meninggal dunia pada usia 86 tahun. Namun demikian, Mazhab maliki
tersebar luas dan dianut dibanyak bagian seluruh penjuru dunia.
4.
IMAM
SYAFI’I
Imam
Syafi’i yang dikenal dengan sebagai pendiri Mazhab Syafi’i adalah Muhammad bin Idris
Asy-Syafi’i Al-Quraisyi. Beliau dilahirkan di Ghazzah, pada tahun 150 H,
bertepatan dengan wafatnya Imam Abu Hanifah.
Walaupun
beliau dilahirkan dalam keadaan yatim dan dalam suatu keluarga yang miskin, tak
menjadikan beliau merasa rendah diri atau malas dalam belajar ilmu pengetahuan,
bahkan beliau telah menghapalkan Al-Qur’an dalam usia yang masih kecil. Pada
usianya yang ke-20, beliau meninggalkan mekkah mempelajari ilu fiqih dari Imam
Malik. Merasa masih harus memperdalam ilmu pengetahuanya, beliau kemudian pergi
ke Iraq, sekali lagi mempelajari ilmu fiqih dari murid imam Abu Hanifah yang
masih ada.
Setelah
wafatnya Imam Malik (179 H), beliau kemudian pergi ke yaman guna mengamalkan
ilmu disana. Suatu ketika beliau di undang oleh kholifah harun al rasyid ke
bagdad karena mendengar kehebatan ilmu beliau. Sejak saat itu beliau dikenal
secara luas dan banyak yang berbondong-bondong belajar kepadanya.
Selang
beberapa waktu imam syafi’I kembli ke mekah guna mengajar rombongan haji yang
dating dari beberapa penjuru. Melalui merekalah mazhab syafi’I tersebar luas ke
penjuru dunia. Pada tahun 198 H, beliau pergi ke Mesir untuk mengajar di masjid
amru bin as. Belau juga menulis kitab Al-Um, Amali kubra, kitab Risalah, Ushul
Al-fiqh, dan memperkenalkanya, disini juga beliau mengeluarkan qoul jaddidnya.
Dan beliau wafat di mesir pada tahun 204 H bahkan sampai saat ini makam beliau masih
ramai diziharai orang dari berbagai penjuru dunia.
5.
IMAM
AHMAD BIN HAMBALI
Imam
Ahmad bin Hambal adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal Al-Syaibani.
Beliau dilahirkan di bagdad pada bulan Rabiul awal tahun 164 H (780 M).
Sejak
kecil beliau gemar dalam ilmu pengetahuan walau dalam keadaan yatim beliau
tetap tegar dalam mencari ilmu. Untuk memperdalam ilmu beliau pergi ke Basrah
dan disinilah beliau bertemu dengan Imam Syafi’I dan belajar disana. Beliau
juga pergi menuntut ilmu ke Yaman dan Mesir. Diantara guru beliau adalah Yusuf
Al-Hasan bin Zaid Ibn Humam dan Ibn Abbas. Imam Ahmad bin Hambal banyak
mempelajari dan meriwayatkan hadist, oleh karena itu, beliau berhasil mengarang
kitab hadist yang terkenal yaitu Musnad Ahmad Hambali. Beliau juga mengajar
ketika berusia empat puluh tahun.
Imam
ahmad hambali wafat di Bagdad pada usia 77 tahun atau tepatnya 241 H (855 M)
pada masa pemerintahan Al-Wathiq. Sepeninggal beliau, mazhab Hambali berkembang
luas dan menjadi salah satu mazhab yang memiliki banyak penganut.
BAB IV
SEJAUH MANA MASYARAKAT INDONESIA
DALAM BERMAZHAB
Dalam
pandangan kami, Indonesia dengan notabe Negara yang mayoritas menganut agama
islam dan banyak sekali organisasi-organisasi islam. Adakalnya menganut mazhab
tertentu dan adakalanya tidak mempunyai mazhab tertentu.jadi yang kita bahas
kali ini adalah islam yang menganut mazhab tertentu dan di Indonesia ini
cenderung menganut mazhab imam syafi’I, karena melihat dari kebudayaan dan
lingkungan yang lebih cocok adalah pendapatnya Imam syafi’I yang kesekian
pendapat atau fatwa beliau tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan.
Contohlah
organisasi Nahdlotul Ulama (NU) yang masih dalam keeksistensinya masih
memperjuangkan tradisi-trdisi ulama terdahulu yang tidak mengesampingkat kultur
dalam Negara Indonesia ini. Dan sering pula diadakan bahsu masai’il untuk
mengeluarkan hokum-hukum yang dikira belum ada pada masa dahulu dan baru muncul
pada masa sekarang ini.
BAB V
PENUTUP
Bermazhab
sangat penting karena kita bisa menjalankan hokum-hukum yang belum ada pada
zaman Rosul, dan untuk membudayakan kecintaan kita kepada Nabi dengan cara
mnghormati dan menjalankan pula fatwa-fatwa shohabat Nabi hingga ulama
sekarang. Karena Rosul pernah besabda yang artinya “ wahai kaumku berpegang teguhlah pada sunnahku, dan sunnah
Khulafaurrosyidin”.
Dan
dalam hadist lain juga Rasul bersabda yang artinya sebagai berikut “ berbedaan pendapat atau fatwa dari ummatku
adalah Rahmat.” Dalam keseharian kita juga tak lepas dengan adanya mata
rantai yang ada pada sekitar kita, begitu halnya dengan ilmu yang kita gapai
semua adalah mata rantai dari Rosul yang hakikatnya adalah disambungkan lewat
ulama setelah Rosul SAW. Hingga sekarang, walau banyak terjadi perbedaan tapi
hakikatnya semua sama. Cuma caranya yang berbeda, ulama adalah isolator kita
tuk gapai sebuah ilmu syariah yang berbentuk fiqih dalam arti sempitnya.
Mungkin
hanya ini yang dapat kami sampaikan, bila ada kurang dan lebihnya mohon di berikan
tambahan atau kritikan dan saran yang sifatnya membangun agar bisa meningkatkan
kemampuan kita dalam menganalisis sebuah masalah atau bahkan beberapa masalah “Ma ashoba min hasanatin famina Allah wama ashoba
min sayyiatin famin nafsik”.